SELAMAT DATANG DI INFO DUNIA_AXEL ACHMAD_BLOGSPOT.

Senin, 12 Desember 2011

Takdir Tuhan itu tidak ada; Bagaimana menurut versi anda?

Apakah anda sudah muak dengan nasib anda hari ini? Bingung. Panik. Bosan. Tidak mengerti kenapa Tuhan yang anda yakini tidak peduli dan tidak merubah hidup anda yang tidak pernah menyenangkan? Apalagi untuk benar-benar merasakan apa yang dinamakan hantu kebahagiaan?

Ada orang yang mengatakan dan meyakini bahwa setelah kita berusaha semaksimal mungkin sampai jungkir balik tapi tetap saja tidak berhasil, maka itulah yang dinamakan sebagai takdir Tuhan.

Apakah anda tidak merasakan ada yang lucu di sini? Marilah kita jujur-jujur saja. Apakah itu tidak sama artinya bahwa takdir Tuhan adalah batas ketidaktahuan kita? Batas ketidakberdayaan kita? Atau batas kemalasan kita? Ketika sesuatu sudah tidak mampu kita pahami maka itu kita anggap takdir. Ketika segala sesuau tidak bisa kita raih maka itu juga kita anggap sebagai takdir: “Memang cuma segini kok jatah saya dari Tuhan”

Saya jarang melatih atau melakukan uji coba agar tulisan saya semakin hari semakin menarik, misalnya. Akibatnya masyarakat maya selalu saja tidak tertarik membaca tulisan saya. Padahal setiap hari saya sudah rajin memperkaya wawasan dengan membaca di berbagai sumber. Menulis tanpa banyak pikir. dan hasilnya pun tetap tidak berbobot. Lalu bisakah ini saya katakan sebagai takdir Tuhan? Apakah ini bukan karena kemalasan saya untuk belajar lebih kreatif?

Saya dulu sering mengatakan bahwa kenapa seseorang yang sukses dalam hidupnya secara materi dan mereka pun juga bahagia saya lihat (jangan anda persoalkan dulu makna bahagia, itu di halaman lain kita bicarakan), maka saya katakan itu juga karena memang sudah takdir Tuhan untuk mereka.

Tapi itu pemahaman saya ketika saya masih beriman. Tapi sejak saya sudah tobat dan kembali ke jalan yang sesat, maka saya jungkirbalikan semua apa yang saya yakini tersebut. Kalau begitu semuanya adalah takdir Tuhan. Dan saya menulis ini juga karena takdir Tuhan. Dan anda yang goblok, miskin, kaya, menyembah berhala, memberi saya uang, memperkosa pembantu anda, kencing di sembarang tempat, menghujat saya dalam hati, korupsi, tidak lulus-lulus kuliah, mendapat nilai eror di kuliahan,  semuanya juga karena takdir Tuhan. Hmm …. Kacau!

Berarti takdir Tuhan saya pahami sebagai segala sesuatu yang terjadi di alam ini. Lain tidak! Dan itu pula yang diindoktrinasi dalam pengajian dan khotbah di mana-mana. Dari mana sumber pemaknaan seperti ini? Dari mana lagi kalau bukan dari berbagai ayat Alquran yang intinya menyatakan bahwa tidak akan terjadi segala sesuatunya melainkan atas kehendak Tuhan (maaf saya tidak mengutip ayatnya).

Jujur saya mulai sumpek dan jengkel dengan pamahaman saya yang seperti itu. Dangkal dan menyesatkan! Lebih sesat dari kesesatan saya. Pantas saya menjadi tidak benar-benar hidup. Pasrah! Untuk tidak mengatakan saya goblok! Lalu saya artikan hal itu sebagai iman. Saya imajinasikan sebagai lambaian tangan sorga yang memeluk saya.

Maka mulailah saya eh …. sebentar. Saya protes. Sejak saat itu, kata takdir adalah kosa kata terburuk yang paling saya kutuk. Maka mulailah saya mencari tahu.

Apa itu takdir?

Itulah awal saya berkenalan dengan ilmu kalam dalam Islam, yang juga disebut dengan istilah Teologi Islam. Dari situlah saya tahu paham Jabariah dan Qadariah. Dari situlah saya tahu Mu’tazillah. Ternyata apa yang berkecamuk dalam pikiran saya, sekian Abad lalu dalam sejarah Islam sudah terjadi perdebatan tentang masalah ini, bahkan juga sampai saling membunuh karena perbedaan pandangan diantara mereka.

Dari situlah saya tahu adanya paham fatalisme, dimana segalanya sudah ditentukan Tuhan sejak azali. Sejak alam ini belum diciptakan Tuhan. Yang sudah tertulis di Luh Mahfuz. Semacam grand desainnya Jagat Raya. Maka apapun yang terjadi dan yang akan terjadi sampai akhir zaman sudah ada dalam skenario Tuhan, yang sudah tertulis di sana. Inilah yang dikenal dengan paham Qadariah, yang merupakan ciri khas dari tauhid (teologi) nya kaum Sunni.

Dari situ juga saya tahu adanya paham kehendak bebas. Dimana manusia bebas menentukan pilihannya. Dan kebebasan itu juga diberikan oleh Tuhan. Dan karena adanya kebebasan memilih itulah adanya sorga dan neraka bisa diterima pikiran sebagai adil. Berbeda dengan paham Jabariah yang sangat sulit dipahami akal adanya ganjaran dan hukuman terhadap segala perbuatan manusia, yang nota benenya tidak punya pilihan. Paham kehendak bebas inilah yang dikenal dengan paham Qadariah, yang paling lantang disuarakan oleh kaum Mu’tazillah. Dan inilah ciri khas dari tauhid (teologi)nya kaum Syiah. Tentu saja ini sejauh yang saya baca. Saya belum pernah membuktikannya. Karena kejadian itu muncul pada Abad ke-8 M. Sedangkan saya lahir di Abad ke-20.

Keduanya juga bersandar pada Ayat-ayat yang ada dalam Alquran. Jabariyah ringkasnya mengutip pesan Alquran bahwa tidak terjadi segala sesuatunya melainkan atas kehendak Tuhan. Sedangkan Qadariyah bersandar pada pesan Alquran bahwa tidak ada yang akan diperoleh manusia melainkan apa yang diusahakannya.

Itulah pertama kali dalam hidup saya cakrawala berpikir saya tentang takdir yang semula tertutup menjadi mulai terbuka. Tapi itu baru tahap awal. Dan sangat panjang jika saya sajikan di halaman yang terbatas ini. Dan yang paling saya ragukan adalah nanti tulisan ini akan menjadi obat tidur. Anda akan mengantuk.

Sejauh yang saya pelajari, masalah takdir ini termasuk masalah Ketuhanan yang sangat rumit. Dan ini termasuk salah satu masalah kunci dalam teologi Islam. Dan mungkin juga dalam agama-agama lain. Bahkan juga dalam Filsafat Ketuhanan (Metafisika /Ontologi). Jika persoalan ini terjawab, maka sekian masalah turunannya otomatis juga akan terjawab. Masalah rezeki, jodoh, peruntungan dan maut, dimana dalam paham Teologi kaum Sunni diyakini sebagai suratan takdir Tuhan juga akan terjawab dengan sendirinya.

Tapi untuk menuntaskan masalah ini ternyata tidak semudah yang saya bayangakan. Karena setiap sudut pemahaman saling bersinggungan seperti jejaring yang sangat rumit. Tergantung parameter apa yang akan dipakai. Epistemologi apa. Metode berpikir seperti apa. Menggunakan postulat atau berpikir bebas? Rasional atau empiris? Akali atau imani? Objektivitas atau subjektivitas? Integral atau differensial? Relasional atau Non Relasional? Personal atau impersonal? Monotheisme radikal atau Pantheisme? Dan seterusnya yang tidak ada habisnya.

Jadi apakah yang disebut takdir Tuhan? Benarkah ada yang disebut takdir Tuhan?

Pertanyaan ini bisa terjawab dan benar-benar sebuah jawaban jika kita sama-sama siap menarik-menarik bahkan mungkin meremukkan urat syaraf. Jika tidak maka kembalilah ke kampung halaman yang bernama keyakinan mainstream. Tapi dengan catatan, menurut saya, jangan diklaim itulah satu-satunya pandangan yang Absolut. Jika saya mengutip dari kitab suci, saya tidak bisa latah dengan mengutip 2 atau 3 ayat untuk menyudahi pertanyaan tentang takdir Tuhan. Karena menurut saya, apa yang dijabarkan dalam Kitab Suci bukanlah wajah utuh dari takdir Tuhan. Itu hanya sebagai cuplikan dari takdir Tuhan dalam pengertian yang sebenarnya (ontologis) yang tidak akan terpahami oleh manusia. Semua itu hanya setitik gambaran untuk membantu imajinasi manusia untuk memahaminya. Kenapa? Meminjam istilah M. Arqoun, karena masalah takdir Tuhan termasuk kategori wilayah yang tidak terpikirkan, karena hal itu melampui dimensi kemanusiaan kita.

Lalu apa artinya tulisan ini?

Apalagi kalau bukan untuk mengacaukan anda. Hehe … sabar. Anda jangan marah.
Sekarang saya ingin memutar masalah ini menjadi sebuah refleksi sederhana. Karena sejauh yang saya pahami, atas nama berpikir, setiap jawaban atas takdir Tuhan tetap melahirkan pertanyaan demi pertanyaan baru yang tak berkesudahan.

Untuk sementara saya sedang istirahat melambung sampai ke langit ke tujuh terhadap masalah ini. Yang intinya adalah saya tidak mau lagi dengan sewenang-wenang melemparkan kesalahan pada Tuhan untuk setiap kejadian yang menimpa saya. Termasuk juga untuk setiap prestasi yang saya dapatkan. Saya lebih memilih bersikap realistis saja. Bukan bersikap positif thinking. Karena jika positif thinking yang saya pilih justru bisa membuat saya pura-pura tidak merasa sakit ketika saya ditampar oleh seseorang misalnya. Padahal aslinya jelas-jelas saya merasa sakit. Karena itulah saya memilih realistik thinking. Mengakui apa yang saya alami apa adanya. Karena itulah pengalaman yang paling dekat dan yang paling bisa saya rasakan apa adanya.

Sekarang saya minta maaf untuk mengajukan beberapa pertanyaan pada anda:

Siapa yang menyuruh anda membaca tulisan ini? Tuhan atau anda sendiri?
Siapa yang menyuruh anda memperkosa pembantu anda? Tuhan atau nafsu syahwat anda?
Kenapa anda berhasil membuat akun facebook, twitter, Yahoo dan sekaligus bisa menggunakannya? Anda atau Tuhan?

Tentu saja tidak adil jika saya hanya memberondong anda dengan beberapa pertanyaan di atas tanpa saya tidak ikut terlibat. Karena itu terlebih dulu saya sendiri akan mencoba menjawab semua pertanyaan di atas. Jawaban saya adalah: Itu terjadi dan berhasil karena anda sendiri. Alasan saya karena kenyataannya memang anda sendiri yang melakukannya (bukan tuyul). Kenapa hal itu bisa terjadi? Karena berbagai prasyarat alamiahnya sudah anda penuhi. Sudah sejalan dengan mekanisme hukum alam, sejalan dengan hukum sebab akibat. Walaupun waktu mengerjakannya anda tidak berdo’a, bahkan mungkin juga sambil marah-marah. Tapi kenyataannya hal itu tetap terjadi dan anda berhasil.

Nah, sekarang bagaimana menurut anda?
Silahkan!
Oya, sebelum anda berpikir, berhati-hati...perbanyak Istighfar...Insya Allah dengan Niat yang baik terjaga dari kesesatan....

sumber; http://dirja-wiharja.blogspot.com/2011/11/takdir-tuhan-itu-tidak-ada-bagaimana.html

0 komentar:

Posting Komentar

Cool Text: Logo and Graphics Generator
TERIMA KASIH TELAH BERKUNJUNG DI INFO DUNIA_AXEL ACHMAD_BLOGSPOT.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls